20 Tahun 9 Bulan
Iya,
hari ini usiaku dua puluh tahun Sembilan bulan. Lalu apa? Sebenarnya tidak
terjadi apa-apa, hanya waktu yang terus melaju seperti cerita-cerita yang
bergemuru. Halo, apakabar blogspot? Apa kau merindukanku, haha saya pikir
tidak. Saya ingat lima tahun yang lalu, benar-benar terobsesi denganmu, menulis
cerita yang tak rasional sampai puisi-puisi yang terdengar sayu. Beberapa
cerita telah menguap, entah kemana.
Kamu,
apa kabar? Bagaimana harimu, menyenangkan? Semoga ya. Pada hari ini semua
perasaan rasanya mengambang, entah karena apa dan mengapa. Apa mungkin karena duapuluhtahunsembilanbulan?
Haha, may be. Dulu, dua puluhtahun
adalah hal yang paling menakutkan untukku, dan sekarang….. ya, masih sama.
Hidup terasa lebih menakutkan dengan usia dengan angka dua berada didepan. Saya
pikir menjadi dewasa itu menyenangkan, ternyata.. memang benar-benar
menyenangkan.
Hari
ini saya tidak bertemu banyak orang, hanya bertemu cucian dan jemuran. Beberapa
waktu belakangan ini rasanya semuanya berantakan, tidak terarah, benar-benar B
E R A N T A K A N, kenapa? Saya sendiri tidak tahu jawabannya. Hebatnya semua
berjalan begitu saja tanpa penolakan, tanpa paksaan. Menyedihkan? Tidak.. ceritanya
belum selesai, saya tidak akan berhenti atau stop pada fase be-ran-ta-kan itu, saya
hanya masih berfikir mengapa bisa seberantakan ini dan serumit ini, padahal
sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Lalu apanya yang berantakan? Semua pertanyaan
ini saya arahkan di kepalaku sendiri, hanya berputar-putar dan tetap kembali
menjadi tanda tanya yang sama sekali tidak pasti. Semuanya masih sama, masih berantakan,
entah apa. Waktu yang saya habiskan berfikir tentang semuanya mengepul diambang
rongga jendela, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri, sama saja bohong,
pikiran yang semakin jauh dan benar-benar hampa. Pertanyaannya masih sama,
kenapa? Lebih dari dua minggu kondisi mental wanita pemikir ini rusak dilahap
si berantakan itu, mencabik habis logika dengan hebat, tidak terarah, bingung,
lupa, dan semuanya terasa tidak masuk akal. Saya tidak berhenti, masih berfikir
tanpa henti dan nyaris mati.
Pada
hari ini, usiaku duapuluhtahunsembilanbulan. Menua bukanlah pilihan tapi
ketetapan, merugi banyak waktu yang entah
di pakai buat apa. Lucunya semakin menua justru semakin bingung harus mulai dari
mana. Saya percaya semua orang pasti akan atau telah melewati situasi seperti
ini, situasi dimana segala ragu memuncak tanpa permohonan maaf, situasi dimana
dirimu kehilangan dirimu sendiri, bingung mau kemana dan harus memulai dari
sudut yang mana.
Dan,
kau mau tahu sesuatu? Saya menemukan jawabannya tepat pada hari ini. Mengapa datangnya
si berantakan itu. Ia datang dari diri pribadiku sendiri, mungundang dengan
segala kebodohan, mengundangnya tanpa sadar sampai lupa pulang. Ia mengambil
alih seluruh logika, tanpa rela mengembalikan. Si berantakan menawarkan candu
instagram, youtube, whatsapp yang benar-benar berlebihan. Jangan hidup tanpa social
media adalah misinya, kemalasan adalah sahabat seperjuangannya, dan saya
sendiri adalah kemenangannya. Berhasil menguasai diri orang lain tanpa pamit
atau permisi.
Beberapa
minggu yang lalu, beberapa kali sholatku terabaikan, dan saya paham Allah mulai
mengabaikanku juga dengan membuat siberantakan itu datang. Saya teringat “Diantara tanda berpalingnya Allah
subhaanahu wa ta’aala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibkannya
pada hal-hal yang tidak bermanfaat” (Hasan Al-Bashri) dan “Oh, ternyata
begini rasanya diabaikan” seperti ada yang hilang, tapi semuanya masih sama. Entah
perasaan itu benar-benar membunuh pelan-pelan. Memperbaiki hubunganku denganNya
adalah salah satu-satunya jalan untuk sepaket pertanyaan itu, seluruh jawaban
berada padaNya, pada sipemilik hati. Hatiku maupun hatimu, siapapun kamu. Saya percaya
Ia tidak benar-benar mengabaikanku sepenuhnya, Ia berada disini, lebih dekat
dari urat leherku. Apa yang lebih menakutkan dari menginjak usia duapuluh
tahun? Yaitu menginjak kategori munafik, menjadi baik dihadapan manusia itu
mudah, tapi dihadapan sang Maha Pencipta? Menurutku tidak, sedalam apapun
hatimu, Ia tetap bisa membaca dari sudut manapun yang Ia suka.
Hari
ini usiaku duapuluhatahunsembilanbulan, dan Allah sepertinya memberikan
kejutan, tangisku pecah malam ini sepanjang perjalanan, mengendarai motor
sepelan mungkin dan mencari rute putar arah agar tak cepat sampai tujuan. Ini tangis
bahagia, pernahkah kamu menagis bahagia sampai terisak? Layaknya seperti
tangisan seseorang sedang kehilangan. Malam ini saya merasakan semuanya,
menagis sampai terisak sendiri di tengah perjalanan tanpa seseorang yang tahu
dengan perasaan yang benar-benar bahagiaaaa. Tanya kenapa? Sebelum ini saya
lalai dengan perintahnya, dan tiba-tiba saya punya permohonan yang saya tahu tidak
ada yang bisa mengabulkan selain Tuhan, dengan tidak tahu dirinya si wanita
berantakan ini berdoa dengan sok khusyu hanya karena permintaan ini. Mungkin
jika manusia yang melihat ini akan berpikir “kemarinkemarin kemana?” tapi, kau
tahu Allah mengabulkannya malam itu juga, tepat pada malam ini tanpa peduli
dengan lalainya si berantakan ini dihari kemarin. Saya jadi teringat dengan
kutipan “Andai kamu tahu bagaimana Allah
mengatur hidupmu, pasti harimu akan meleleh karena cinta kepadaNya” Ibnu
Qayyim.
Entah kamu mengeti tentang ini atau tidak saya tidak peduli, yang saya
tahu hidupku hari tidak lagi be-ran-ta-kan.
Pada hari ini usiaku duapuluhtahunsembilanbulan, dan malam ini saya benar-benar meleleh.
Nur Syahria
Comments
Post a Comment