tanpa judul.

Bismillah.   

Kini saya akan memulai kembali dengan jentikan jari yang tak pernah saya tahu akan menuliskan apa dihari ini. Detik semakin melekat jauh melalui titik rendah jarak dunia dari sekat-sekat tanpa batas, jejak-jejak yang nyata yang selalu terlupa oleh jiwa yang mengambang entah kemana. Dunia seolah tertawa melihat jiwaku yang semakin melemah disetiap detik melebur sia-sia, dari setiap kata, kalimat, paragraf, sampai cerita.   

Napasku masih setia berhembus, denyut nadiku pun masih bergejolak yang tak pernah saya tahu akan berhenti didetik yang mana. Saya cukup sadar dengan ketidakpastian dan keraguan yang melekat hebat dalam jati diri seorang remaja yang tersesat dalam jiwanya sendiri, terelunta-lunta meminta pertolongan tanpa berteriak.   

Untuk sipemilik hati, memegang erat perasaan yang bergejolak dalam raga yang tak tahu arah berkoar mencari pembenaran dari sisi terlemah, berusaha bangkit melawan dunia yang sedang tertawa riang melihat jiwa tak memiliki peta. 

Tangisannya adalah jalan terbaik untuk jiwa yang tak butuh pendengar, yang ia tahu ada Dzat yang merasakan jiwanya, yang tak perlu dijelaskan melalui kata. Hati berbicara melalui rongga-rongga doa, keyakinan.  

Ribuan kisah cukup untuk seorang pendengar tanpa bercerita, pendengar tak butuh pendengar yang baik, ia hanya butuh dirinya sendiri dengan jiwa yang paling mengerti tentangnya. Hari semakin berlanjut ia masih tersesat tak menentu jalur yang mana. Berbalik arah adalah pilihan terbodoh disebuah hutan tanpa langit dengan pohon yang tinggi, atau apakah jiwa yang tersesat belum menemukan langit yang lebih tinggi diatas pohon yang tinggi ? Entah.   

Gamang.   

Hal yang paling terindah di setiap jentikan jemari. Waktu telah cukup larut untuk saya melanjutkan tulisan ini, tapi saya harus menyelesaikannya, jika tidak saya kan semakin tersesat dikotak tanpa sudut. Jiwa ini cukup sadar dengan lintasan detik melaju tanpa berbalik, tanpa pernah peduli ada hal apa yang tertinggal dibelakang sana. Sesak napas dikamar sebelah terdengar hebat dengan mata sayup yang entah bertahan sampai kapan. Dunia yang sedang menertawakan jiwa yang lemah ternyata adalah semu belaka. Hanya cukup melewati setengah jam dari hitungan hidup yang luar biasa.   

Malam semakin gelap, pori-poriku mulai terasa dingin oleh angin malam. Petir masih berhembus pelan seolah memberi tanda tak lama lagi akan turun hujan, setidaknya bulir-bulir hujan bisa membuat ingatanku melayang kearah belakang melupakan bahwa jiwa yang lemah sedang tersesat. Ada beberapa jiwa yang selalu meliputi dadaku ketika hujan memulai aksinya, ada barisan-barisan doa yang selalu terpanjatkan disetiap rintihannya, aroma tanah basahpun adalah favorit sipenulis dari cerita mengenai hujan. Ah, Lupakan.   

Kini ia hanya dapat mengadahkan tangan untuk mencari jalan pulang, setidaknya ia telah berusaha semampunya. Ia serahkan pada Dzat yang lebih mengerti tentang dirinya, tentang tinta cerita warna-warni kehidupan yang tak hanya hitam putih belaka, saya percaya semua cerita memiliki akhir yang sempurna seperti dongeng cinderella dengan akhir yang bahagia dan kurcaci yang berlanjut kecerita yang entah bagaimana. Sekian detik yang telah terlewatkan memberikan arti sebuah kehidupan punya akhir dari sebuah perjalanan, perjalanan panjang layaknya seorang figuran bermimpi menjadi tokoh utama.   

Terlalu lucu untuk saya jelaskan tentang hal-hal yang tak akan pernah kalian mengerti kecuali Dia- sipemilik hati. Maha membolak balikkan hati setiap jiwa. Saya bukan sosok handal dalam bercerita melalui abjad-abjad, yang saya tahu bahwa hal ini membuat saya cukup lepas dari sebelumnya, melewati berbagai kejutan yang sama sekali saya tak pernah duga, seperti kamu bisa menemukan tulisan ini, pernahkah kita saling berjanji dalam hal ini? Dan satu hal lagi yang saya percaya, bahwa didunia yang sempit tapi sanggat menggiuarkan ini adalah tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan, saya percaya itu!   Baiklah, cukup! Saya butuh selimut, hujan sepertinya menyuruhku untuk segera terlelap dan melupakan jiwa yang sedang tersesat itu, matakupun tak akan kubiarkan menggoreskan lengkungan yang cukup dalam, ia telah cukup lelah dengan berbagai hal beberapa waktu yang telah lewat, dan terekam hebat dalam otak manusia dengan kapasitas melebihi dari segalanya. Untuk hari ini, sampai detik saya cukup melepas dahaga melalui tulisan berhamburan dan...... siapapun kamu yang menyempatkan wakku untuk membaca tulisan ini, terimakasih walaupun saya percaya kamu tidak begitu mengerti tentang hal ini dan saya ucapkan selamat untuk kamu yang cukup mengerti, mungkin kita berada dititik yang sama^^ Memiliki arah tapi tak puunya peta, lucu.     
  Dan untukmu jiwa yang masih mencari jalan pulang Lihatlah keatas, ikuti awan yang berhamburan itu dan kamu akan menemukan sesuatu hal yang mengejutkan...

 NUR SYAHRIA.

Comments

Popular Posts