Fase Pertemanan
Sebelumnya,
selamat datang 2020. Semoga memberi kabar bahagia untukku dan untukmu. Tahun
ini banyak hal yang tidak terduga menjadi nyata, seluruh ketidakmungkinan yang
sama sekali tidak pernah terpikirkan terjadi begitu saja. Siapa yang menyangka
dan siapa yang bisa mengira? Nobody's. Pemerintah memohon hebat dengan pandemi.
Hidup
menjadi perjalanan dengan setiap fase yang pelan-pelan hilang, salah satunya
fase pertemanan. Pernahkah kita berpikir mengapa Tuhan mempertemukan kita
dengan orang-orang yang kita sebut “sahabat” hari ini? Atau pernahkah terlintas
bagaimana bisa orang-orang yang tidak kita sangka menjadi salah satu orang yang
kita jauhi hari ini.
Pada
sebagian orang mempunyai titik klimaks pada pertemuan dengan orang baru, lalu
menklaimnya menjadi bagian dari dirinya sendiri, sahabat selamanya katanya.
Lalu dengan berjalannya waktu, perpisahan adalah pilihan yang tidak bisa
dikekang, dan bertemu kembali dalam konteks waktu yang panjang. Pertanyaan
kedua kembali timbul tenggelam, apakah dia masih menjadi bagian dari
dirimu? Saya rasa tidak.
Setiap
fase dalam hidup kita bertemu dengan pertemanan yang baru, lalu berbaur dan
tenggelam dalam lingkaran itu. Menjadi nyaman lalu sedikit lupa dengan fase
yang dulu, suka tidak suka atau mau tidak mau ya hidup memang seperti itu. Pada
setiap jenjang yang kita tempuh, ada lingkaran pertemanan yang hebat, beberapa
orang meninggalkan kesan yang tidak mudah dilupakan, entah tawa yang riang
ataupun sedih yang gamang. Justru pada pertemuan baru tidak jarang kita
menemukan rindu yang lebih melekat dan frekuensi yang lebih dekat dibanding
yang dulu. Pada fase pertemanan oleh gender perempuan, saya paham betul dengan
adanya pertemanan dengan rasa cemburu, saya melihat dengan jelas beberapa orang
tidak cukup mampu menerima orang baru dari sisi pertemanan yang seolah-olah
menghancurkan lingkarannya, layaknya anak kecil yang dicuri bonekanya oleh anak
tetangga lain, tidak sudi. Semoga kamu paham.
Untuk
beberapa orang merasa ditinggalkan oleh fase ini, seperti layaknya korban.
Lingkaran pertemanannya telah menemukan lingkaran baru, sementara ia masih
berada di situ, di tempat yang sama, dan menyalahkan keadaan mengapa menganggap
seseorang bisa menjadi “Sahabat Selamanya” lalu pelan-pelan paham bahwa menjadi
dewasa kita memang akan ditinggalkan oleh salah satu fase ini. Pertemanan kita
mengerucut, seleksi alam semesta akan mempertemukan dengan orang-orang yang
memang benar-benar satu tujuan. Betapa banyak saya menemukan pertemanan dengan
sikap yang tidak jujur, masalah yang tidak diselesaikan lalu berujung ghibah
yang dibungkus dengan kata curhat.
Pada
akhirnya, semua lingkaran yang pernah kita sentuh memberikan buah tangan yang
tidak sama. Satu pesan yang sering dibicarakan oleh orang-orang pada fase ini
adalah jika kamu bertemu teman lama, jangan pernah bayangkan bahwa yang kamu
temui adalah pribadi yang masih sama. Waktu membuat seseorang untuk memilih
berubah, dan kamu tidak selamanya ada di sana.
Nur Syahria
Comments
Post a Comment