Ragu
Ada orang-orang yang meminta diberi
ini-itu-ini-itu, tapi setelah diberi utuh masih saja merasa belum penuh. Meminta
lagi, kalau saja, kalau saja dan kalau saja. Mungkin kita juga seperti itu. Jangan-jangan
hal yang kita harapkan saat ini adalah hal yang kita sesali diwaktu nanti. Jangan-jangan
tidak atau belum dikabulkannya permohonan hari ini adalah hal yang paling kita
syukuri di kemudian hari. Betapa kita tidak tahu apa-apa soal “ini”.
Soal hati yang mudah saja berbolak-balik,
yang terbaik buat orang lain bukan berarti terbaik buatmu. Sebaliknyapun juga
begitu. Tapi kita selalu saja punya rasa ragu.
Berapa kali kita sadar atas peristiwa-peristiwa
yang terjadi kemarin. Kalau saja tidak bersekolah di sana, mungkin tidak ketemu
ini dan ini. Kalau tidak ketemu ini dan ini, mungkin saya tidak akan sampai di sini.
Semua telah teratur untuk memberi pelajaran yang tidak terukur. Selalu ada hal-hal
yang kita sesali di awal akan berakhir dengan penuh syukur. Lalu, kenapa hari ini masih merasa tidak punya
jalur?
Kita berdoa pada Tuhan yang sama
dengan Ibrahim yang tidak termakan api, Tuhan yang sama dengan Yunus yang ditelan
paus, dan masih Tuhan yang sama dengan Musa yang membelah lautan.
Tapi, kenapa masih ada ragu untuk
masa depan?
Balik lagi, yaa namanya juga human.
Comments
Post a Comment