Ayah Ibuku Tak Berjodoh :')
Untuk kesekian kalinya aku kembali mendengar bentakkan dari
kedua orangtuaku tepat dihadapanku, ya ini hal biasa untukku, aku tak ingat
sejak kapan mereka terbiasa bertengkar dihadapanku . Aku yang hanya bisa
membungkam tanpa kata , dan aku yang hanya bisa berteriak dalam kesakitan
hatiku yang tak pernah mengenal sebuah arti kata cinta . aku tak memiliki siapa-siapa yang bisa
kupercayai , karena mungkin aku tak memiliki hati tapi aku memiliki perasaan
peka yang cukup lebih, aku hanya merasakan cinta dimasa laluku , yaitu masa kecilku
, karena pada saat itulah aku tak mengerti apa-apa tentang cinta, aku bermain
dan aku tertawa, itulah masa kecil . Kembali lagi mereka berdua saling menampar
dihadapanku tanpa sama sekali memikirkan tentang sedikit saja perasaanku, dan
sedikit saja tentang hatiku , mereka sama sekali tak peduli dengan keberadaanku
, yang mereka pikirkan tentang hatiku hanyalah membahagiakanku dengan harta
yang melimpah ,, mereka pikir dengan uang aku bisa tersenyum bahagia dalam
hatiku . entahlah apa yang ada dipemikiran mereka tentangku . Keluargaku yang
diambang perceraian ini menyayat hampir keseluruhan perasaanku, dan mungkin tak
akan bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Aku yang selalu saja ingin merasakan
keharmonisan dalam ayah ibuku, tapi mereka selalu saja membuat mataku berkaca
dan berderai air mata , dan apa mereka memikirkan air mataku ? TIDAK ! TIDAK
SAMA SEKALI . Aku hanya bisa mengadu dengan doa kepada Tuhan dalam sholatku ,
aku yang selalu menitihkan air mata demi dua sosok yang berstatus sebagai orang
tuaku yang seharusnya memberikan rasa nyaman dihidupku , entahlah aku tak
mengerti dengan kehidupan cinta dimata mereka . Aku terlalu terbiasa dengan
tangisan disudut kamar megahku ini .
Dalam hidupku aku tak bisa mempercayai siapa saja tentang
hatiku , aku muak dengan kehidupan dunia yang kadang aku ingin berlari dengan
kematian . Ayahku yang selalu saja membentak ibuku yang bertubuh kurusnya itu dan keriput yang telah
merenggut sebagian sisi wajahnya . Ibuku yang selalu saja menangis dalam
bentakan tak ingin sama sekali membagi rasa perihnya terhadapku , seakan aku
tak mengerti tentang hati, padahal hatiku sendiri sedang menjerit meminta
keadilan kebahagian walupun dalam mimpi . Itulah mereka , ayahku yang tak bisa
mengerti perasaanku , dan ibuku tak bisa mempercayai hatiku sebagai sandaran
hatinya yang lemah akan tangisannya . Sesungguhnya aku tak kuat melihat deraian
air mata sang ibuku itu , ia merintih dalam tangisan diamnya itu , aku seakan
ingin membebaskannya dari bentakkan ayahku dengan memeluk tubuh lelahnya dalam
pertikaian yang ia lakukan bersama ayahku . tapi aku hanya bisa diam dengan
kerasnya sosok ayahku dimataku . Ia sama sekali tak memperbolehkanku mencampuri
urusan yang ia pikir itu bukan urusanku , yang padahal selalu saja menyakiti
hatiku ,, itulah ayahku , ia menghindaarkanku dari yang ia sebut sebuah masalah
, tapi selalu saja ia perlihatkan dihadapan mataku .
***
Sepulangnya aku sekolah tempat mengisi disetiap waktuku untuk waktu dalam tangisan kecilku , sesampainya aku
berada tepat didepan rumah megahku , aku melihat tumpukan koper berada di
sela-sela pintu , pikiranku seolah mencari jawaban disetiap pertanyaan yang
diajukan oleh hati kecilku . ada apa dengan semua ini , hatiku seakan melemah
seketika melihat ibuku tak segan mengeluarkan air matanya dengan cukup kuat
dihadapan ayahku .
“ sudahlah , pergi saja sejauh mungkin , aku dan vira tak
membutuhkanmu “
Aku sedikit mendengar ungkapan ayahku tepat diruang tamu
rumahku membentak keras ibuku yang sedang mencoba menahan tangisannya agar tak
terlihat lemah diwajahnya .
“ biarkan vira hidup bersamaku “
“TIDAK . Vira lebih pantas tinggal bersamaku dari pada
dirimu “
Kali ini aku benar-benar tercekik mendengar ungkapan ayah
ibuku yang hari ini , detik ini benar-benar telah ingin berpisah jauh , dan
bagaimana denganku , aku harus bagaimana sekarang , segala pertanyaan
mengelilingi pikiranku dan mataku tak kuat lagi untuk menahan tangisan yang
telah sering aku rasakan . Ibuku yang tetap terus menangis tanpa ada seseorang yang
membasuh air matanya tak bisa berkata apa-apa lagi untuk membela dirinya .
“aku akan pergi bersama ibu yah “
Untuk pertama kalinya aku membuka suara ditengah-tengah
pertengkaran mereka . Ayahku menatap mataku dengan tajam saat kata-kata itu
keluar dari mulutku , sedangkan ibuku masih menikmati tangisannya dan hatinya
yang cukup terluka karena ayahku .
“TIDAK . KAMU IKUT DENGAN AYAH ! “
Ibuku yang mulai menatap mataku dengan matanya yang sembab
itu hanya bisa pasrah dengan apa yang memang seharusnya terjadi, ia tak bisa
lagi mempertahankanku untuk hidup
dengannya lagi . Ia mengangkat tasnya yang mungkin berisi pakaiannya untuk
segera pindah .
“Jangan pergi bu .. “
Dengan lembut aku menggenggam tangannya dan memeluknya
secara perlahan tubuhnya .
“ vira sayang , ibu harus pergi nak “
“aku ikut ibu .. “
“ sudahlah nak , jangan sampai ayahmu menamparmu, cukup ibu
yang rasakan, maafkan ibu ya “
Tangisanku semakin berlarut dalam ketidakpastian , ibuku
yang melepas perlahan pelukanku ditubuhnya , dan pergi meninggalkan rumah yang
layaknya neraka ini bagiku . Ayahku yang memegang erat tanganku agar tak
membiarkanku ikut bersama ibuku . Kali ini aku benar-benar harus merasakan
kehilangan, sebagian hidupku telah pergi , yaitu ibuku. Dan sekarang aku harus
hidup dengan seseorang yang aku sayangi tapi tak memiliki hati nurani , ialah ayahku .
Sesungguhnya mereka berdua menyayangiku , tapi ayah dan ibuku sama sekali tak
pernah memberikan kehabagian disela-sela haariku .
“aku membencimu ayah ! “
Tanpa memikirkan perasaan ayahku , aku mengatakan hal yang
seharusnya tak aku katakan dihadapannya , karena ia juga tak pernah memahami tentang hati kecilku , ia hanya
menganggapku sebagai anak bodoh yang tak mengerti apa-apa tentang cinta . Aku
berlari menuju kamarku tempat meluangkannya tangisanku dalam keheningan tanpa
adanya sandaran .
***
Ayahku yang sibuk dengan kerjaannya , dan hanya memikirkan
aku dengan mengirimkan uang dikartu atmku
. Ia yang menyewa anakbuahnya untuk menjagaku disetiap hari-hariku agar aku tak
dapat bertemu dengan sosok ibuku . Aku tak habis pikir dengan pemikiran ayahku
yang dapat menjalin hubungan bersama ibuku dimasa lalu .
***
Tiga
minggu kemudian
Aku terbangun dipagi hari dari tidur malamku yang cukup
lelah , ayahku yang semalam belum aku jumpai karena ada pekerjaan diluar kota
pagi ini aku telah melihat sepatu khasnya yang menandakan ia telah pulang dari
pekerjaan yang cukup melelahkan sampai tak mengingat seorang anak sedang
menunggunya :’). Aku mengetuk pintu kamar ayahku telah cukup lama , tapi tak
ada jawaban sama sekali kudengar dari pintu coklat itu ,, Aku berniat untuk
meninggalkan pintu tanpa adanya suara itu
, tapi tiba-tiba pintu itu terbuka, aku berbalik yang berharap ayahku
yang membuka pintu itu , tapi apaa, seorang wanita yang tak kukenal yang
membuka pintu kamar yang dulunya menjadi kamar ayah dan ibuku , tapi siapa
wanita ini yang berani masuk dalam kamar pribadi ayah ibuku..
“Kamu siapa ? “
“Aku kekasih ayahmu, ayahmu masih tertidur, ! “
Aku menatap wanita tak kukenal ini dengan cukup lama sampai
ia menutup kembali pintu coklat itu . Pikiranku seakan meloncat-loncat dalam
kepalaku , dan hatiku kembali tersayat dengan luka . mataku yang mulai berkaca
menyimpan amarah yang cukup kuat dalam hatiku yang benar-benar terluka . Begitu
mudahnya ayahku mengganti sosok ibuku , apa ayahku memang tak memiliki hati ?
siapa wanita itu yang berani menggoda ayahku , apa ia adalah salah satu wanita
murahan yang bisa dibeli dengan harta . Betapa bajingannya ayahku , kali ini ia
benar-benar melukai kembali hati kecilku .
Aku yang tak pernah lagi mendengar kabar tentang ibuku dan hanya
selalu melihat kelakuan ayahku bersama wanita jalanan tanpa harga itu . pikiranku
seakan ingin pecah dengan kehidupan yang mencekik ini . Apa ini cukup adil
Tuhan ?
Ayahku yang melangsungkan pernikahannya dengan kekasih
barunya itu tanpa mengingat lagi sedikit saja tentang ibuku , tepat didua bulan
saat berpisah dengan ibuku dan TANPA meminta persetujuan dariku . Aku cukup
mengenal dengan keegoisan ayahku itu .
Sekitar beberapa bulan mereka berdua menikah, aku dan
ayahku semakin menjauh , ya karena ibu tiriku yang mengambil seluruh perhatian
ayahku, tapi aku tak masalah dengan itu , karena aku juga tak membutuhkan
perhatian dari laki-laki bodoh itu yaitu sosok ayahku .
Aku yang sedang duduk ditaman yang cukup luas ditemani
dengan keheningan tanpa adanya seseorang , aku hanya dihibur oleh suara merdu
dari burung-burung kecil yang menari-nari dihadapanku . SUNGGUH , aku tak
nyaman berada dirumah megahku itu apalagi melihat kemesraan ayah dan sosok ibu
baruku itu , hatiku seolah kembali menangis dalam diamnya mataku mengingat
ibuku yang telah pergi jauh , mungkin dimasa lalu seperti inilah sikap ayahku
terhadap ibuku , yang awal cukup manis tapi akhirnya meringis , betapa bodohnya
ibuku mencintai pria seperti itu , tapi tanpa adanya dia , aku takkan bisa
sampai kedunia penuh cobaan ini . entahlaaah .. aku hanya bisa pasrah dengan
keadaan yang telah diberikan Tuhan untukku . Aku percaya , aku diberi cobaan
lebih karena aku dan hatiku pasti mampu . Dalam khayalan tangisan hatiku tanpa
air mata ini aku melihat setiap sudut tempat wisata ini , aku melihat sebuah
lelaki dan wanita sambil memegang erat tangan anaknya yang kira-kira baru
berusia 6 tahun itu , canda tawa oleh keluarga kecil itu cukup mengiris kembali
hati kecilku yang hampir setiap detik memang telah teriris , aku tersenyum
melihat tawa kecil sianak itu dengan riangnya harinya , dan aku benar-benar iri
dengan kehidupannya ,dengan cukup lama menatap aku melepaskan tatapan dari keluarga yang
cukup indah itu , aku kembali menikmati suasana ramai tapi sangat untukku , ya karena
aku duduk sendiri , diam , dan tanpa kebahagiaan , itulah aku , keheningan
menghantui otak tengah , kanan, maupun kiri . huufft . Jika aku bisa mengatur
takdir , aku akan berhenti bernafas untuk sampai disini .
“Vira “
Sapaan itu mengagetkanku , seseorang lelaki yang kira-kira
berusia 30 tahun itu menyapaku tepat dihadapan wajahku . Aku melihat setiap
sisi wajahnya dan berfikir apa aku mengenalinya , ya aku mengenalinya , ia
adalah pamanku , lebih tepatnya ia adalah kakak kandung ibuku .
“ om firman ? “
“kamu apa kabar vir ? “
“baik kok , Om sama siapa ? “
“hem , bagusdeh , lagi sama anak om tuuh , lagi main . Kamu
sendiri ? “
“Sendiri aja om, aku kan ga punya siapa-siapa lagi “
Ia terdiam mendengar jawabanku yang cukup singkat tapi
memiliki arti lebih, seakan ia tahu betul apa yang sedang terjadi dengan
hari-hariku diakhir ini . Dan aku hanya bisa tersenyum simpul .
“Gimana kabar ayah kamu ? sehat ? “
“gatau om , sehat mungkin “
Pamanku ini kembali mengingatkanku kepada ayah yang cukup
egois itu , dan aku terang-terangan menjawab dengan jawaban yang melantang .
“paaaaaaaaaaaaaappaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Aku mendengar suara anak yang mungil memanggil kata ayah ,
ia adalah anak dari pamanku ini , lebih tepatnya ia adalah sepupuku tapi belum
pernah aku temui .
“Ini anak om ya ? “
“iya, namanya chiko “
“hehe, lucu deh , pipinya tembem “
Aku sedikit mengeluarkan tawaku yang telah lama ini tak
pernah terdengar kehadirannya , tapi aku tak benar-benar tertawa . Aku melihat
tingkah ayah dan anak yang menggemaskan ini dihadapanku . Mereka berdua cukup
menyita perhatianku .
“ mamanya mana om ? “
“lagi dirawat dirumah sakit vir “
“sakit apa om ? “
“ nggak sakit kok, chiko punya ade baru , hehe “
“waa, seneng dong “
“iya, chiko jadi ada temennya, . Oh ya kok om nggak liat
kamu waktu melayat ? kamunya kemana ? “
“melayat ? emang siapa yang meninggal om ? “
Percakapanku yang awalnya santai itu menjadi serasa tegang
dalam ungkapan kematian . Pamanku yang telah lama aku tak temui itu hanya bisa
terdiam menatap mataku dengan wajah herannya .
“Siapa yang meninggal sih om ? “
Aku kembali menanyakan untuk kedua kalinya, dan mungkin
kali ini direspon baik olehnya .
“oh , nggak kok , keluarga om yang meninggal , kirain kamu
tahu “
“owh .. “
“ikut om yuk “
“kemana ? “
“ kerumah sakit , jenguk mamanya chiko , yuk “
“yaudah “
Bersambung ..baca lanjutan cerita --> Ayah Ibuku Tak Berjodoh :') (II)
Created :
Nur Syahria --> Nunung
Comments
Post a Comment