Ayah Ibuku Tak Berjodoh :') (II)
Baca awal cerita di --> Ayah Ibuku Tak Berjodoh :') (I)
Sesampai aku dan paman sekaligus sepupu kecilku ini dirumah sakit , kembali lagi aku terkunci dalam tangisan hati yang berlarut-larut mengelilingi hati kecilku , keharmonisan keluarga pamanku ini sangat berbeda jauh dengan keluargaku , lebih tepatnya keluargaku yang telah hancur .
Sesampai aku dan paman sekaligus sepupu kecilku ini dirumah sakit , kembali lagi aku terkunci dalam tangisan hati yang berlarut-larut mengelilingi hati kecilku , keharmonisan keluarga pamanku ini sangat berbeda jauh dengan keluargaku , lebih tepatnya keluargaku yang telah hancur .
“ oh , kamu yang namanya vira ya “
“iya tante “
Sapaan ramah itu layaknya sapaan pamanku sebelumnya, tapi
kali ini istrinya lah yang menyapa hangat tentangku .
“vira cantik ya , mudah-mudahan anak tante secantik vira “
“tante bisa aja “
Aku cukup merasa nyaman dengan kehangatan keluarga ini yang
sebenarnya bukan keluargaku , hatiku sedikit terobati dengan kedamaian yang aku
dapatkan . Seandainya saja keluargaku seindah keluarga ini . Sekilas melihat
wanita ini dengan kelelahan diwajahnya , aku teringat sosok tegar ibuku yang
entah dimana sekarang .
“om firman “
“iya , kenapa vir ? “
“Lagi sibuk ya , ? “
“nggak kok , kenapa ? “
seandainya ayahku
bisa seramah pamanku ini dan seandainya ayahku bisa membuat kenyamanan dalam
keluargaku , tapi semuanya mustahil untukku :’)
“om pernah dengar kabar ibu nggak ? “
Dan lagi pamanku yang satu ini membuat keheningan dalam
pertanyaanku, ia kembali terdiam sambil menatap wajahku .
“ibumu sangat menyayngimu , tapi ia sama sekali tak ingin
membagi perasaan tertekannya denganmu , baginya tangisannya bukan tangisan kamu
vir “
“maksud apa sih ? “
Ia seakan lari dari pertanyaan walaupun tak terlalu jauh
dari topic pembicaraanku . Dengan membelai lembut kepalaku layaknya ia adalah
seorang ayah yang berwibawa , dan aku cukup menikmatinya karena hal itu tak
pernah aku rasakan oleh tangan ayahku yang seharusnya menjagaku .
“Ibumu telah tiada vira “
Jawaban yang tak jelas datangnya dari mana itu tiba-tiba
melemahkan hatiku, mengirim luka tak jelas dimataku , aku menatapnya dengan
dalam untuk memperjelas perkataanyya .
“Maksud om apa ? ibuku ? tiada ? “
“Om berfikir awalnya kamu telah mengetahui segala hal
tentang ibumu , sekitar dibulan juli yang lalu , ibumu wafat nak “
Aku tak dapat lagi mengedipkan mataku , air mataku jatuh
tanpa ada yang menyuruh , ibu kandungku tanpa aku telah pergi tanpa pamit
dihadapanku , apa ibuku benar-benar telah tiada , telah pergi untuk selamanya ,
aku kembali diuji dengan cobaan yang benar-benar menikam perasaanku . Inikah
keadilan untukku Tuhan ? Apa yang telah dalam hidupku , kali ini aku mengeluh
dengan cobaan yang berikan , aku seolah menuntut Tuhan karena telah mengambil
lebih dulu nyawa ibuku yang belum merasakan bahagia dalam hidupnya . Tangisanku
yang semakin menjadi diruangan yang tak seharusnya aku meributkan suasana , dan
aku tak bisa berkata-kata apa lagi tentang kehidupan . Pamanku yang hanya bisa
menatapku dalam tangisan , ia mencoba menenangkanku dalam jeritan hatiku .
Dalam keheningan tangisanku seseorang wanita memeluk dengan tenang sambil
mengusap kepalaku dengan tangan lembutnya itu , ia adalah istri dari pamanku ,
mereka berdua memelukku dalam jeritan tangisanku yang aku mengharapkan kedua
orangtua kandungku yang memelukku di saat hati terluka karena masalah . Aku
cukup nyaman dalam sandaran kedua orang ini yang memiliki hati nurani , tak
seperti ayahku yang mendahulukan kebahagiannya dari pada kebahagianku sendiri ,
yaitu anak kandungnya . Aku menikmati setiap detik pelukan dua orang ini , aku
merasakan kehangatan , kedamaian ,dan keharmonisan dari keluarga orang lain
yang rela membagi rasa cintanya demi aku , yang bukan siapa-siapa .
“udah, jangan nangis lagi , ada om dan tante disini yang
sayang kok sama kamu “
Aku menatap dengan dalam mata mereka yang murni
menyayangiku , senyum mereka yang sama sekali tak pernah aku dapatkan dari
kedua orangtuaku . entahlah , yang jelas aku cukup nyaman dalam dekapan mereka
.
***
Keesokkan harinya ,
Setelah aku mengunjungi pemakaman ibuku Aku pulang kerumah
yang layaknya neraka itu dengan mata bengkak , sesampainya dirumah , sama
sekali tak ada rasa khawatir dalam diri ayahku walaupun hanya sekedar bertanya
dari mana saja aku , yasudahlah , aku juga telah mengerti tentangnya .
“Ayah “
“ada apa ? “
“ kemana istri ayah ? “
“Ia ibumu , jangan panggil dia dengan sebutan itu “
“pasti, ia sekarang sedang menghamburkan uang ayahkan ? “
“Vira, jaga omonganmu ! berani-beraninya kamu berkata
seperti itu “
“Bukankah ayah yang mengajariku membangkang seperti ini ? “
“Apa maksudmu “
“Haruskah aku jelaskan lagi ? “
“sudahlaah , bicara kamu ini ! “
“Aku ingin membawa ayah kesesuatu tempat , dan aku berjanji
setelah itu aku akan menganggap istri ayah adalah layaknya ibuku kandungku sendiri
“
“baiklah , kamu ingin membawa ayah kemana ? “
Tanpa menjawab , aku berhasil membujuk seseorang yang egois
ini untuk mengikuti langkahku . Tepat pada pemakaman ibuku .
“kuburan ? “
“iya ayah, lihatlah kuburan siapa ini “
“Lidya ? “
“Apa sekarang ayah puas ? Apa sekarang ayah bisa tertawa
lepas ? Dan apa ayah bahagia ? Bukankah hal ini yang selama ini aya
idam-idamkan , iyakan ? Apa salah ibu yah ? Apa ayah tak pernah tau rasanya
disakiti dengan dimaki , aku cukup merasakan segala hal yang dirasakan oleh ibu
, apa ayah tak mengingat siapa yang rela merawat ayah ditengah larutnya malam ketika
ayah terbaring lemah tak berdaya ?”
Ayahku yang menatap dalam nisan ibuku tanpa bisa
membentakknya lagi , ia larut dalam tangisan kecil karena perkataanku , baru
kali ini aku melihat wajah ayahku si pria egois yang bisa meneteskan air mata
demi seseorang yang dulunya sering ia tampar dengan tangan kerasnya itu dan
seseorang yang sering ia cacimaki dengan mulutnya dihadapanku .
Entahlah , mungkin ini adalah penyesalan dari akhir drama
Tuhan , yang mengajarkanku tak mengenal kasih sayang orangtua dan mengenalkanku
tentang cinta tapi dari sosok yang belum pernah menyentuh hidup malangku . Dan
inilah aku , seseorang yang menuntut keadilan dari ayahku tentang kehidupan
yang seharusnya berjalan indah tanpa beban
Ayahku mengajarkan ibuku tentang kesabaran dalam cacian dan
makian dan ibuku mengajarkan ayahku tentang penyesalan yang pasti dan selalu
berada dibelakang .
Sebuah pembelajaran tentang menghargai cinta , menghargai
perasaan , dan mengajariku terus bertahan dalam tangisan , karena disela-sela
tangisanku ada malaikat yang dikirim Tuhan untuk hidup malangku :’)
END .
Created :
Nur Syahria --> Nunung :)
Comments
Post a Comment